Thursday, February 7, 2008

Sosialisasi opensource di Malaysia (4)


Setelah puas berputar-putar di e-Mart, kami langsung meluncur ke rumah saudaranya Pak Jimmy, setelah berkenalan kita langsung berbincang tentang perihal kedatangan saya ke Miri, saya membicarakan tentang Linux dan mereka cukup respon dikarenakan komputer bukanlah lagi barang langka bagi mereka disana. Umumnya mereka hanya tahu MS Windows dan baru mendengar linux dari saya, jadi saya terangkan sebisanya. Beliau juga mengungkapkan keinginannya untuk beranjangsana ke Indonesia jika sudah ada uang, istri beliau juga mengungkapkan keinginan tsb dengan menyebut Jawa dan Bali sebagai tujuan utama mereka.

Setelah puas berbincang, saya dan Pak Jimmy pamit pulang. Kami langsung menuju ke bandaraya Miri lagi untuk pergi ke Pustaka Miri yaitu gedung perpustakaan kota Miri, disini saya melihat buku-buku yang ditata teratur sesuai penataan di program perpustakaan tsb. Mencari buku menjadi lebih mudah menggunakan program perpustakaan yang sudah terinstal di jaringan komputer LAN. Namun sayang saya tidak diperbolehkan memotret suasana didalam perpustakaan, sehingga tidak ada kenang-kenangan buat para pengelola perpustakaan di balikpapan. Di dalam perpustakaan ini ada komputer yg terkoneksi dengan internet dan bisa dipakai gratis, selain itu tersedia pula koneksi Wifi gratis untuk pembaca yang membawa laptop. Sungguh tenang dan menyenangkan sekali berada di dalam perpustakaan ini. Selain ada klub baca untuk orang dewasa, ada pula klub baca buat anak-anak kecil yang bertujuan untuk menanamkan budaya suka membaca sejak dini.

Selepas dari perputakaan kami mulai berkeliling ke taman di sekitar gedung pustaka, di sekitar gedung ini ada Miri City Fan, stadion olahraga, gedung dewan suarah, kolam renang awam, dan wisma persekutuan Miri. Kami sempat mengambil banyak foto di kawasan Miri City Fan tsb. Silakan disimak di album foto saya. Setelah capek berkeliling kami langsung pulang ke rumah untuk beristirahat.

Malamnya saya mulai mengenalkan linux kepada anak-anaknya Pak Jimmy dan juga kepada menantu beliau, mereka tampak bersemangat dan exciting dengan linux karena bebas virus dan begitu memukau permainan desktop 3D-nya. Cocok untuk digunakan pada saat presentasi, sekalian show off maksudnya. Hasilnya? 2 laptop lagi minta diinstall linux.

Esok harinya kami pergi ke airport utk melepas kepergian adik Pak Jimmy yang akan kembali ke Singapura. Sebelum ke bandara, kami sempat mampir ke Taman awam Miri untuk menikmati pemandangan dari jembatan gantungnya. Kalo dilihat sepintas, jembatan ini mirip dengan jembatan gantung yang ada di bukit bangkirai, bedanya adalah jembatan ini digantung diantara tiang beton buatan sedangkan jembatan yg di bukit bangkirai digantung diantara pohon bengkirai... Yang meniru yang mana yah?

Setelah sampai di airport, kami bersantai sebentar di cafe Mr.Bean untuk menunggu kedatangan adik Pak Jimmy. Tidak lama kemudian adiknya Pak Jimmy terlihat, setelah ngobrol sebentar dan urus tiket, dia langsung check-in dan berangkat menuju Singapore. Airport Miri terlalu megah dan bagus jika dibandingkan dengan Airport Sepinggan Balikpapan, jadi kapan yah Balikpapan punya airport kelas internasional seperti ini?

Selepas dari airport, kami pergi ke Ibu pejabat polis daerah Miri (polresta kalo disini) untuk mengurus tilang... (lho kenapa?). Sewaktu pak Jimmy menjemput kedatangan saya di airport bbrp hari yang lalu mobil beliau parkir di garis kuning di daerah yang seharusnya tidak boleh berhenti. Jadi, ya kena tilang deh. Pajak tilang diurus dan dibayar kantor polis itu, tetapi sayang saat kami mau membayar petugasnya bilang bahwa hari itu koneksi ke server pusat sedang down sehingga kami diharuskan kembali lagi tanggal 2 Januari setelah tahun baru. Cape deh...
Mengapa mereka tidak punya backup line? Atau kenapa tidak pake linux sehingga servernya aman? (Wallohualam)

Setelah dari polis station kami menuju ke dealer mobil Proton, seperti yang kita tahu bahwa Proton adalah mobil buatan dalam negri Malaysia, nah di Malaysia ini ramai orang membeli Proton sehingga jangan kaget kalo kita banyak menemui merk mobil ini berseliweran di kota2 di Malaysia. Benar-benar cinta produk dalam negri! Apakah hal ini juga bisa diterapkan di Indonesia? (Yang notabene masih lebih suka pake produk luar negri...)

Sore hari kami mempersiapkan acara malam tahun baru di rumah Pak Jimmy, rencananya banyak keluarga yang akan datang ke rumah pada malam tahun baru tsb. Angkat meja kesana kemari, lalu pasang alat pemanggang setelah itu atur lampu dan lain2 di backyard. Mendekati jam 7 malam, keponakan Pak Jimmy datang dan langsung mulai membakar arang dan memanggang daging ayam. Tak lama kemudian menantu beliau muncul dan kami mulai makan malam bersama. Lewat jam 9 malam saudara2 yang lain mulai berdatangan dan ramailah acara penyambutan tahun baru tsb. Sambil dihibur oleh musik dangdut kami menikmati malam pergantian tahun tsb dengan seronok. Di kota ini jarang sekali terlihat konvoi2 kendaraan ataupun kendaraan yg lewat, menurut mereka lebih banyak orang menghabiskan pergantian tahun di rumah atau di suatu tempat yang mengadakan acara pergantian tahun.

Tepat jam 12 malam langit di kota Miri mulai gemerlap dengan warna-warni kembang api yang meledak di atas kota, Suara terompet pun terdengar dari setiap rumah. Setelah saling mengucapkan selamat tahun baru, kamipun berfoto bersama dan menikmati hidangan daging panggang sepuasnya sampai jam 2 dinihari. Setelah itu satu demi satu saudara2 pak Jimmy mulai pamitan pulang dan kamipun segera membereskan kembali meja dan alat panggang dari halaman belakang, maklum takut kehujanan jika sewaktu-waktu datang hujan.

Tanggal 2 Januari adalah hari registrasi ulang untuk anak2 yang bersekolah. Saya menemani Pak Jimmy pada pendaftaran ulang putrinya yang bersekolah di SMK Dato Pangeran. Di Malaysia pergantian tahun ajaran baru adalah bulan Januari seperti di luar negeri, jadi standar internasional. Penamaan tingkat kelas pun mengikuti standar internasional spt elementary, secondary, high school dst. Setelah pendaftaran selesai, setiap siswa diberi buku pelajaran dan diwajibkan membeli buku LKS. Saya melihat sesuatu yang berbeda di buku LKS mereka, jika di buku pelajaran mereka gunakan bahasa Melayu sedangkan di buku LKS-nya berbahasa inggris! Sungguh mengagetkan... Saya sempat bertanya kepada Pak Jimmy kenapa buku LKS berbahasa Inggris? Dijawab, kalo negara ingin maju ya harus begitu, sejak dini anak-anak sudah harus dihadapkan pada bahasa internasional sehingga tidak kesulitan disaat mereka besar nanti, jadi mau tidak mau anak-anak yang tidak bisa bahasa inggris harus belajar bahasa Inggris untuk bisa menggunakan LKS tsb. Kebijakan penggunaan bahasa inggris pada buku LKS ini sudah diterapkan sejak tahun 2002. Kapan hal ini bisa diterapkan juga di Indonesia ya?

Foto-fotonya bisa dilihat disini...
http://picasaweb.google.com/alfa.am/GoesToMalaysiaMiri

Bersambung...

No comments: