Wednesday, January 2, 2008

Sosialisasi opensource di Malaysia (2)


Rabu 26 Dec 2007, 14:30 PM

Saya tiba di Tawau Malaysia, terlihat kotanya begitu bagus dari laut dan pas kami turun dari feri terlihatlah kebersihan dan kerapihan, serta ketertiban kota ini. Sambutan yang cukup meriah dihadirkan oleh pemkot sana, yaitu tabuhan kendang melayu yang ternyata ditujukan kepada rombongan Sosek Malindo dari KONI Samarinda (kirain nyambut saya :D). Antrian di imigrasi cukup panjang, mereka periksa betul-betul setiap orang dan ditanyai satu persatu apa keperluannya (seperti TKI yang akan bekerja di Malaysia), tetapi saya sudah dijemput oleh Bpk. Baharuddin, seorang teman disana, sehingga bisa melewati antrian dengan melewati pintu khusus warga Malaysia. Setelah urusan imigrasi selesai, kami langsung keluar dari pelabuhan feri. Pelabuhan ini terletak di tengah kota (bandar; bahasa sononya) sehingga langsung terlihat kehidupan di kota ini, suhu udara panas tapi kebersihan terjaga sehingga saya bisa menghirup udara segar. Pelabuhan kontainer berada di tempat lain di pinggir kota, tidak menjadi satu dengan pelabuhan penumpang. Jarang sekali terlihat motor disini, hampir semua orang menggunakan mobil atau angkutan umum spt teksi, bus dan minibus. Tak ada angkot disini apalagi ojek jangan harap deh...

Setelah itu kami pergi ke travel agent untuk memesan tiket pesawat ke Miri, pelayanan travel agen disini cukup memuaskan dan semua penerbangan di negara ini sudah menggunakan e-ticket, sehingga tidak perlu membawa ticket asli ke bandara nantinya, cukup tunjukkan kode booking pada konter maskapai di bandara maka boarding pas akan dicetak disana. Setahu saya baru garuda, mandala dan batavia serta air asia yang menerapkan ini di negri kita. Saya mempercayakan Malaysia Airlines untuk membawa saya ke Miri sebab Air Asia teramat mahal untuk penerbangan bbrp hari ini karena natal dan tahun baru. Tidak ada direct flight ke Miri, jadi harus transit dulu di Kota Kinabalu (KK) dan saya harus menunggu 3 jam di KK nantinya sebelum melanjutkan penerbangan ke Miri.

Setelah urusan tiket selesai, kami langsung meluncur mencari makan sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan teman saya. Sambil menunggu di gedung kantor beliau saya melihat-lihat lantai 1 gedung tsb. Banyak kios/toko (kedai;bahasa sononya) di lantai bawah ini, saya menjumpai kedai percetakan dimana saya bisa melihat spanduk, papan nama, plang, dll disini. Mau ketawa rasanya pada saat membaca tulisan-tulisan di beberapa plang, dan papan nama yang mereka buat dalam bahasa melayu. Di depan gedung ini ada pelataran yang tidak begitu luas yang pada sore hari dipergunakan oleh para pedagang makanan untuk membuat open cafe, dengan menaruh belasan meja dan kursi untuk pelanggan mereka. Setelah 10 menit berkeliling, teman saya terlihat keluar dari lift dan langsung memanggil saya untuk berkeliling kota.

Dimulai dari memperbaiki AC mobil di bengkel sampai belanja di pasar tradisional, fiuh... padat sekali acaranya. Selama di perjalanan saya melihat ketertiban lalu lintas, setiap pengendara berusaha saling mengalah di jalan. Pada setiap kendaraan niaga dan bus ada stiker kecepatan maximum yg diperbolehkan di jalan biasa dan di jalan raya. Jalanan disana pun mulus dan hampir tak terlihat ada lobang di jalan. Kebersihan di kota ini benar-benar terjaga, saya tidak melihat ada sampah di pinggir jalan yang biasanya banyak terdapat di jalan-jalan di negri kita semisal botol aqua, bungkus rokok dan jajanan anak kecil. Hmm.., seandainya di Indonesia pun bisa seperti ini...

Acara keliling hari ini ditutup dengan menjemput istri teman saya di tempat kerjanya, kantor-kantor di daerah tawau ini kebanyakan berbentuk ruko, mirip spt ruko-ruko di balikpapan permai (BP). Setelah itu kami pulang ke rumah beliau di Kg. Jawa (Kg.=kampung), kenapa disebut kampung jawa? Ternyata banyak orang jawa dulunya disini, sekarang orang keturunan bugis dan melayu pun sudah banyak yang membuat rumah di kampung ini.

Esok harinya kami pergi ke kota kecil Kunak, 1 jam perjalanan dari Tawau, sepanjang perjalanan saya melihat perkebunan sawit yang tertata rapi, perkebunan disini sudah berumur lebih dari 30 tahun dan pohon yang lama pun sudah diremajakan, pantas aja Malaysia merajai pasar CPO dunia. Sepanjang jalan jarang sekali terlihat mobil berseliweran, apa karena saat itu hari kerja ya?

Sesampainya di Kunak kami berpisah karena teman akan menghadiri mesuarat (meeting) dan saya berkeliling di komplek pertokoan Kunak. Di komplek pertokoan ini selain ada kantor, bank, supermarket dan kedai-kedai, terdapat juga kantor pemerintahan, perpustakaan umum dan terminal bis. Di kota kecil ini terdapat rumah sakit sekelas RS Pertamina Balikpapan! Sungguh diluar dugaan...
Setelah acara meeting berakhir, saya diajak ke rumah sakit tsb untuk menjemput pak Slamat, warga malaysia keturunan bugis, beliau adalah manager cabang faber medical (perusahaan kontraktor perawatan RS di seluruh Malaysia). Kami sempat diajak melihat dapur RS tsb yang sekelas dapur di hotel bintang lima, setelah itu kami makan siang di kedai makanan. Disela makan itu saya memperkenalkan linux pada beliau, dan saya tunjukkan fitur 3D screen yang membuat dia ingin juga menginstall linux di laptopnya. Setelah acara makan selesai, beliau sempat bertanya pada saya apakah sdh punya firma disini? (Mau dikasih proyek nih pak cik?!) Saya jawab belum, karena saya hanya berkunjung saat ini, mungkin lain waktu saya akan membuatnya disana. (doakan deh...)

Setelah makan, kami berpisah dengan beliau dan kembali ke Tawau.. Selama perjalanan pulang saya perhatikan setiap kami melewati sungai, maka di pinggir sungai terdapat pabrik pengolah air minum, hal ini mungkin bisa ditiru oleh pemkot balikpapan untuk mengatasi krisis air bersih yang sering terjadi di Balikpapan, jadi jangan hanya bergantung pada waduk manggar dan sungai Wain. Sesampainya di tawau kami langsung menuju ke tempat saudara istrinya teman, istri beliau adalah keturunan orang bugis yang sudah lama tinggal di tawau. Saudara dan orangtua istrinya tinggal di rumah panggung adat bugis yang didirikan di sebelah lokasi tempat kerja mereka yaitu perusahaan pemroduksi sirtu. Setelah dari sana kami pulang ke rumah beliau di Kg. Jawa.

Pagi sekali saya berkemas untuk berangkat ke Miri, pesawat saya jam 14.40 jadi saya berangkat setelah sholat jumat. Saya diajak ke kantor beliau pagi ini untuk melihat-lihat, beliau bekerja di Giatmara Tawau semacam BLKI kalo di Indonesia, tapi disini biaya pendidikan ditanggung oleh pemerintah sana. Dan para peserta yang berasal dari daerah sekitar tawau akan diberi mess dan uang makan. Setelah dari kantor beliau saya diajak ke restoran / cafe yg menyediakan wifi hotspot 24 jam, restoran ini berada di pertokoan samping masjid jami tawau, dan pas saya terkoneksi terasa koneksi internet yang cukup cepat padahal masih ada beberapa orang lagi yang sedang online saat itu, setelah cek email saya langsung melak ukan upload photo ke picasa.. masih terasa cepat, tidak terasa 45 pic terupload sambil menjawab email yg masuk dan cek blog saya.

Mendekati waktu sholat jumat, kami segera bergegas ke masjid untuk melakukan ibadah sholat jumat. Selesai melakukan ibadah kami langsung berangkat ke bandara, di tengah perjalanan ke bandara kami sempat makan siang di gerai acil, sebuah warung khas masakan banjar di tawau.. (ternyata ada juha warung acil disini, bujur banar..)

Setelah makan siang di warung acil, kami langsung tancap gas ke bandara.. begitu masuk di bandara saya sempat kagum melihatnya.. begitu megah padahal di kota yang terbilang kecil, tapi bandaranya sekelas bandara juanda surabaya yang baru, membuat saya ingin berfoto dulu di beberapa lokasi bandara tsb. Terlihat juga garbarata, terowongan yg biasa dipakai untuk masuk ke pesawat. Benar-benar fasilitas internasional...

Foto-fotonya bisa dilihat disini...
http://picasaweb.google.com/alfa.am/GoesToMalaysiaTawau

Bersambung...

1 comment:

Anonymous said...

wah, asiknya pak Alfa jalan2 ke malaysia...:)

menebar amal jariah hingga ke negeri tetangga...